Kamis, 24 November 2011

Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Arsitektur Megah di setiap Sudutnya


Bandara Sultan Hasanuddin dari dulu sudah merupakan bandara besar. Ketika pertama dibangun pemerintah Hindia-Belanda pada 1935, dengan nama Lapangan Terbang Kadieng, panjang landasannya saja sudah 1.600 meter. Jauh lebih panjang dari bandara perintis sekarang yang rata-rata panjangnya dibawah 1.000 meter. Meski begitu, landasannya masih tanah rumput. Baru ketika Jepang berkuasa pada 1942 landasan itu dibeton dan namanya diganti jadi Lapangan Terbang Mandai.

Ketika sekutu dan Belanda masuk lagi pada 1945, mereka membuat satu landasan pacu lagi. Panjangnya 1.745 meter dan dikerjakan oleh 4.000 orang mantan prajurit Romusha. Di masa Indonesia merdeka, pada 1955, landasan diperpanjang lagi menjadi 2.345 meter, dan nama Lapangan Terbang Mandai diganti jadi Pelabuhan Udara Mandai. Pada 1980 diperpanjang lagi menjadi 2.500 meter dan nama Pelabuhan Udara Sultan Hasanuddin mulai dipakai.

Pada 1985, nama Pelabuhan Udara Hasanuddin diganti menjadi Bandar Udara Sultan Hasanuddin. Dan akhirnya pada 1995 ditetapkan sebagai bandara internasional. Dua penerbangan internasional perdananya adalah dari Malaysia dan Singapura. Tapi sebenarnya, sebelum berstatus internasional pun, karena sudah ditetapkan sebagai pelabuhan embarkasi haji pada 1990, Bandara ini sudah melayani penerbangan jamaah haji ke Jeddah.

Sekarang Bandara Sultan Hasanuddin dikelola oleh dan jadi sumber profit PT Angkasa Pura I. Pada Februari lalu, Dirut PT Angkasa Pura I Tommy Soetomo melaporkan, Bandara Sultan Hasanuddin memang pernah mengalmai kerugian pada 2009 sebesar Rp 19,766 miliar. Namun hal itu terjadi karena sedang ada pembangunan bandara baru. Tahun 2010, Bandara Hasanuddin kembali laba Rp 3,296 miliar. ''Ini adalah keuntungan terkecil sejak 2006,'' kata Tommy, dalam rapat dengar pendapatdengan Komisi V DPR RI di Gedung DPR RI.

Pada 2006, papar Tommy, Bandara Hasanuddin meraih untung Rp 86,123 miliar. Tahun 2007 laba Rp 85,768 miliar, dan tahun 2008 keuntungannya Rp 31,664 miliar.

Pelabuhan Paotere Makassar, Gambaran Jiwa Pelaut Makassar


Pelabuhan Paotere terletak di sebelah utara kota Makassar. Jaraknya kira-kira tiga kilometer jika Anda dari Pantai Losari. Pelabuhan Paotere merupakan salah satu aset yang penting dari Kerajaan Gowa Tallo saat abad ke 14. Pelabuhan Paotere berperan penting saat Raja Gowa Tallo mengirimkan 200 kapal phinisi untuk berperang melawan penjajah Belanda. Warisan yang sangat berharga untuk dilupakan.
Kini, Pelabuhan Paotere masih memiliki banyak phinisi yang berlabuh di pantainya. Sisa-sisa kejayaan Raja Gowa Tallo dengan phinisinya yang terkenal, tidak mudah dihapuskan dari Pelabuhan Paotere.
Meski fungsi utamanya sudah tidak lagi sebagai pelabuhan rakyat, dan lebih kepada pelabuhan perdagangan dan transportasi antar pulau, tapi tetap saja ramai dengan kapal-kapal yang bersandar dan hilir mudik setiap harinya. Selain sebagai lalu lintas perdagangan, Pelabuhan Paotere juga memiliki Tempat Pelelangan Ikan dan menjadi pusat niaga nelayan Makassar. Ingin berbelanja ikan murah? Datanglah ke Pelabuhan Paotere pada hari-hari tertentu, para nelayan akan merapat ke pelabuhan dan menjual ikan hasil tangkapannya.
Bongkar muat barang di Pelabuhan Paotere menjadi pemndangan khas dan unik tersendiri di Pelabuhan Paotere. Aneka macam barang, dibongkar dan dimasukkan ke dalam truk-truk yang selanjutnya akan mengantarkannya ke Kota Makassar dan sekitarnya. Hari itu saya melihat bawang merah dan tepung terigu dibongkar. Entah dari mana asalnya. Puluhan lelaki hilir mudik mengangkut berton-ton tepung terigu dan karung-karung berisi bawang merah menuju truk yang sudah bersiap di bibir pelabuhan. Keringat dan sinar matahari menjadikannya kulit mereka yang kehitaman bersinar.

Jika ingin melihat aktivitas nelayan yang membongkar muat ikan hasil tangkapannya, tentu saja Anda harus ke Pelabuhan Paotere pada saat dini hari. Di siang hari, beberapa pedagang di pasar dan sepanjang jalan menuju pelabuhan, dapat terlihat juga ikan-ikan segar yang mereka dagangkan. Tidak sepanjang hari pelabuhan ini ramai. Hanya di pagi hari dan sore harilah, aktivitas benar-benar mencapai puncaknya.
Yang tidak boleh tertinggal saat mengunjungi Pelabuhan Paotere adalah mencoba masakan khas Paotere, ikan bakar seafood dengan cobe-cobe. Cobe-cobe adalah sambal khas Makassar. Pedasnya, hmmm…
Ikan apa saja yang biasanya dibakar di warung-warung tenda tersebut? Ada ikan cepak, ikan kerapu dan ikan baronang yang biasanya menjadi menu andalan. Anda juga bisa memesan kepiting, udang ataupun cumi-cumi.
Selain ikan segar yang langsung diolah menjadi makanan khas Makassar, ada juga ikan yang telah diawetkan dan bisa Anda gunakan sebagai oleh-oleh dari Pelabuhan Paotere. Ikan yang telah diawetkan tersebut dapat berupa ikan teri, pindang kakap merah dan ikan asin lainnya yang anda bisa jumpai di warung-warung sepanjang Pelabuhan Paotere.
Dan satu lagi yang tak bisa dilewatkan oleh para pengunjung yang memiliki hobi memancing. Pada saat sore hari, di sekitar dermaga Pelabuhan Paotere akan ada anak-anak yang menawarkan jasa penyewaan kail dengan harga maksimal Rp. 4.000,- per jam. Anda sudah bisa duduk dengan tenang dan menunggu ikan buruan menghampiri kail anda.

Benteng Fort Rotterdam Makassar, Bukti Peninggalan Belanda


Benteng Rotterdam.Di Makassar ada satu benteng besar yang berdiri megah, namanya Fort Rotterdam. Jangan bayangkan lokasi benteng ini berada jauh diluar kota, dan kita harus menghabiskan waktu sekian jam untuk duduk dimobil berkecepatan tinggi, karena lokasi benteng ini terletak didalam kota Makassar sehingga cukup mudah untuk mencapainya.
Benteng dengan halaman seluas dua kali Museum Fatahilah Jakarta ini letaknya didepan pelabuhan laut kota Makasar atau ditengah pusat perdagangan sentral kota. Apabila kita menginap di area seputar pantai Losari, maka jaraknya dalam kisaran radius 2 km-an saja. Dari jalan raya, Fort Rotterdam yang juga akrab disebut benteng Ujungpandang (nama lain dari Makassar) akan mudah dikenali karena sangat mencolok dengan arsitektur era 1600 an yang berbeda dengan rumah dan kantor diseputarnya. Temboknya hitam berlumut kokoh menjulang hampir setinggi 5 meter, dan pintu masuknya masih asli seperti masa jayanya. Dari ketinggian, bentuk benteng seperti bentuk totem penyu yang bersiap hendak masuk kedalam pantai.
Memasuki pintu utamanya yg berukuran kecil, kita akan segera disergap oleh nuansa masa lalu. Tembok yang tebal sangat kokoh, pintu kayu, gerendel kuno, akan terlihat jelas. Masuk ke benteng sebetulnya tidak dipungut bayaran, karena area didalam benteng tidak dijadikan museum cagar budaya yg kosong melompong. Benteng Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat Kebudayaan Makassar, sehingga suasana seram yang biasa kita jumpai dilokasi tua semacam ini tidak begitu kental karena masih dijumpai manusia berseliweran kian kemari. Karena area ini dipakai sebagai kantor, sehingga kebersihan dan kerapihan lingkungan disana masih terawat cukup baik.
Benteng ini awalnya dibangun tahun 1545 oleh raja Gowa ke X yakni Tunipallangga Ulaweng. Bahan baku awal benteng adalah tembok batu yang dicampur dengan tanah liat yang dibakar hingga kering. Bangunan didalamnya diisi oleh rumah panggung khas Gowa dimana raja dan keluarga menetap didalamnya. Ketika berpindah pada masa raja Gowa ke XIV, tembok benteng lantas diganti dengan batu padas yang berwarna hitam keras.

Kehadiran Belanda yang menguasai area seputar banda dan maluku, lantas menjadikan Belanda memutuskan untuk menaklukan Gowa agar armada dagang VOC dapat dengan mudah masuk dan merapat disini. Sejak tahun 1666 pecahlah perang pertama antara raja Gowa yang berkuasa didalam benteng tersebut dengan penguasa belanda Speelman. Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani “perjanjian Bongaya” pada 18 Nov 1667.
Dikemudian hari Speelman memutuskan utk menetap disana dengan membangun kembali dan menata bangunan disitu agar disesuaikan dengan kebutuhan dalam selera arsitektur Belanda. Bentuk awal yg mirip persegi panjang kotak dikelilingi oleh lima bastion, berubah mendapat tambahan satu bastion lagi di sisi barat. Nama benteng diubah pula menjadi Fort Rotterdam, tempat kelahiran Gub Jend Belanda Cornelis Speelman.

 Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng, adalah menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa. Perang Diponegoro yg berkobar diantara tahun 1825-1830 berakhir dengan dijebaknya Pangeran Diponegoro oleh Belanda saat mengikuti perundingan damai. Diponegoro kemudian ditangkap dan dibuang ke Menado, lantas tahun 1834 ia dipindahkan ke Fort Rotterdam. Dia seorang diri ditempatkan didalam sebuah sel penjara yang berdinding melengkung dan amat kokoh. Diruang itu ia disedikana sebuah kamar kosong beserta pelengkap hidup lainnya seperti peralatan shalat, alquran, dan tempat tidur. Banyak kemudian yang meyakini bahwa Diponegoro wafat di Makassar, lalu ia dikuburkan disitu juga. Tapi ada pendapat lain mengatakan, mayat Diponegoro tidak ada di Makassar. Begitu ia wafat Belanda memindah ia ketempat rahasia agar tidak memicu letupan diantara pengikut fanatiknya di Jawa atau disitu.

Mesjid Raya Makassar, Cermin Kemegahan Islam


Masjid Raya Makassar awalnya dirancang M Soebardjo, kemudian diresmikan pada tanggal 25 Mei 1949. Kemudian pada tahun 1957 Presiden pertama RI, Soekarno melaksanakan sholat Jumat di masjid ini. Sedangkan pada tahun 1967, mantan Presiden Soeharto juga berkunjung dan sholat Jumat di masjid perjuangan ini. Karena itu, kehadiran masjid raya merupakan tonggak sejarah masa lalu.

Dana awal pembangunan masjid hanya Rp60.000 yang diprakarsai K H Ahmad Bone, seorang ulama asal Kabupaten Bone tahun 1947 dengan menunjuk ketua panitia KH Muchtar Lutfi, dua tahun kemudian diresmikan dengan menghabiskan biaya Rp1,2  juta.
Seorang jurnalis asing yang mengunjungi masjid tersebut menulis dalam sebuah artikelnya bahwa Masjid Raya Makassar adalah  masjid terbesar di Asia Tenggara di masa itu dengan daya tampung sekitar 60.000 orang hingga ke halaman.
Ketika Jusuf Kalla melontarkan ide perombakan besar-besaran masjid tersebut, muncul reaksi dengan tudingan sebagai kapitalis murni, dengan tuduhan akan mendirikan plaza di atas lokasi bekas bangunan masjid itu. Namun, seiring dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan masjid sejak peletakan batu pertama oleh Gubernur HZB Palaguna 9 Oktober 1999, maka Jusuf Kalla sebagai pebisnis membuktikan tekadnya untuk memperbarui bangunan dan model masjid tersebut.
Di balik kontroversi pembangunan kembali masjid kebanggaan masyarakat Makassar itu, masjid itu menjelma menjadi rumah ibadah yang berdiri megah mirip dengan masjid di Timur Tengah dengan sentuhan arsitek meditarian.
Mesjid dua lantai di Jl. Bulusaraung ini menggunakan  bahan bangunan sekitar 80 persen dari bahan baku lokal, memiliki dua menara setinggi 66,66 meter, daya tampung 10.000 jamaah dan fasilitas berupa perpustakaan, kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel.

Monumen Mandala Makassar, Penghargaan Untuk Pejuang Bangsa



Monumen Mandala merupakan bangunan menara yang menjulang setinggi 75 meter di pusat Kota Makassar. Di monumen ini juga terdapat berbagai macam relief dan diorama tentang perjuangan pembebasan Irian Barat. Pengunjung juga dapat menyaksikan bentangan Kota Makassar dari ketinggian. Monumen yang terletak di Jl Jenderal Sudirman, lokasinya hanya 200 meter sebelah selatan pusat Kota Makassar (Lapangan Karebosi) ini merupakan  penghargaan sekaligus kenangan abadi masyarakat Sulawesi Selatan terhadap perjuangan HM Soeharto yang pernah menjabat sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur dan Panglima Komando Mandala untuk pembebasan Irian Barat (Papua) pada 1966.
Monumen Mandala menjulang dengan ketinggian 75 meter dari permukaan tanah. Mulai dibangun pada tahun 1994 dan selesai pada tahun 1996, untuk memperingati perjuangan rakyat indonesia dalam membebaskan Irian Barat dari tangan penjajah. Bangunan ini terdiri dari empat lantai.
Di lantai satu terdapat diorama relief dan replika pakaian dan perjuangan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad XVII. Pada laintai dua terdapat diaroma dan relief yang menceritakan tentang perjuangan pembebasan Irian Barat.Sedangkan di lantai tiga terdapat replika ruang kerja Panglima Mandala, lengkap dengan peta irian barat, fotofoto persiapan pemberangkatan pasukan, tanda jabatan, dan pakaian yang dipergunakan pada saat operasi Mandala. Sedangkan pada lantai empat adalah ruang pandang di mana pengunjung dapat melihat suasana kota Makassar dari ketinggian. Ruang ini berada di ujung menara dengan ketinggian sekitar 73-75 meter dari permukaan tanah.
 Wisatawan dapat menjangkau Monumen Mandala dengan angkutan umum, taksi, maupun fasilitas pengantaran hotel. Dari pusat kota, Monumen Mandala dapat dicapai dengan berjalan kaki atau naik becak.Untuk masuk dan menikmati pemandangan dari ketinggian, pengunjung dikenai tarif Rp 10.000 per orang. Biasanya lift akan dioperasikan jika pengunjung datang secara berombongan.

Kota Makassar ( Kota Daeng )


 Kota Makassar (Makassar: kadang dieja Macassar, Mangkasar; dari 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujungpandang atau Ujung Pandang) adalah sebuah kotamadya dan sekaligus ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Kotamadya ini adalah kota terbesar pada 5°8′S 119°25′EKoordinat: 5°8′S 119°25′E, di pesisir barat daya pulau Sulawesi, berhadapan dengan Selat Makassar.
Makassar berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Kepulauan Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan.
Kota ini tergolong salah satu kota terbesar di Indonesia dari aspek pembangunannya dan secara demografis dengan berbagai suku bangsa yang menetap di kota ini. Suku yang signifikan jumlahnya di kota Makassar adalah suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa. Makanan khas Makassar yang umum dijumpai seperti Coto Makassar, Roti Maros, Jalangkote, Kue Tori, Palubutung, Pisang Ijo, Sop Saudara dan Sop Konro.
Makassar memiliki wilayah seluas 128,18 km² dan penduduk sebesar kurang lebih 1,25 juta jiwa.

Sabtu, 19 November 2011

Pantai Losari, Menikmati Indahnya Suasana Sunset

 



Pantai Losari merupakan icon Kota Makassar. Dulu, pantai yang panjangnya kira-kira satu kilometer ini pernah dijuluki sebagai pantai dengan meja terpanjang di dunia, karena warung-warung tenda berjejer di sepanjang tanggul pantai. Kini, warung-warung tersebut telah direlokasi ke sebuah tempat yang tidak jauh dari kawasan wisata. Pemerintah Kota Makassar telah mempercantik pantai ini dengan membuat anjungan seluas 100 ribu meter persegi, sehingga tampak lebih indah, bersih, bebas polusi dan nyaman untuk dikunjungi. Obyek wisata ini paling ramai dikunjungi pada sore hari, antara jam 15.00 hingga jam 21.00 WITA.

 Pantai Losari memiliki keunikan dan keistimewaan yang sangat mempesona. Salah satu keunikannya adalah para pengunjung dapat menyaksikan terbit dan terbenamnya matahari di satu posisi yang sama. Keistimewaan obyek wisata ini adalah para pengunjung dapat menikmati indahnya deburan ombak yang memecah tanggul pantai dan kesejukan “angingmamiri” yang bertiup sepoi-sepoi, sambil menyaksikan detik-detik terbenamnya matahari secara utuh di balik cakrawala, yaitu mulai dari perubahan warna hingga pergeseran posisinya sampai benar-benar hilang dari pandangan.
Para pengunjung juga dapat menikmati berbagai macam makanan laut yang masih segar. Di sebelah selatan anjungan Pantai Losari, terdapat sebuah kafe dan restoran terapung yang menggunakan kapal tradisional Bugis-Makassar “Phinisi” dengan menu bervariasi, seperti masakan ikan pari, cumi-cumi dan lobster dengan harga berkisar antara Rp 7.500,- hingga Rp 25.000,- per porsi. Di samping itu, para pengungjung dapat mencicipi berbagai jenis makanan khas Kota Makassar, seperti pisang epek, pallu butung, pisang ijo, coto Makassar, sop konro, dan lain-lain. Keistimewaan lainnya adalah para pengunjung dapat mengakses internet secara gratis melalui hot spot di sepanjang Pantai Losari.


Pantai Losari berada tepat di jantung Kota Makassar, yaitu di Jalan Penghibur, yang terletak di sebelah barat kota Makassar, Sulawesi Selatan. Letak Pantai Losari sangat strategis, sehingga mudah untuk diakses. Dari pelabuhan Sukarno Hatta Makassar, pantai ini dapat ditempuh sekitar 15 menit dengan mobil atau motor. Jika berangkat dari Bandara Udara Hasanuddin, dapat ditempuh sekitar 45 menit dengan menggunakan mobil atau motor. Pantai Losari merupakan tempat rekreasi cuma-cuma (gratis) bagi masyarakat umum.

Di sekitar obyek wisata tersedia berbagai jenis kendaraan, seperti: bus, taksi, dan becak yang siap mengantar para pengunjung berkeliling menikmati suasana Kota Makassar. Di sepanjang Jl. Penghibur juga tersedia fasilitas penginapan mulai dari wisma hingga hotel berbintang, restoran, kafe, rumah sakit, warung kopi, dan berbagai tempat hiburan lainnya, dan semuanya menghadap ke arah laut lepas. Di Jl. Somba Opu, tidak jauh dari obyek wisata, terdapat pusat perbelanjaan kerajinan emas dan souvenir khas Kota Makassar.

Oh ya, bila sempat, jangan lupa menikmati becak khas Makassar menyusuri sepanjang pinggir pantai. Sarana transportasi yang sudah hampir langka ini masih bisa kita jumpai di sana. Rasakan sensasi naik becak dengan kayuhan roda si “daeng” seraya menikmati hempasan angin lembut yang menerpa dari arah depan.

Pantai Losari tak hanya bergeliat di senja hari. Setiap minggu pagi, di sepanjang Jalan Penghibur yang tepat berada di pinggir pantai, ramai oleh orang yang berolahraga, mulai dari jogging, senam, bersepeda atau hanya sekadar jalan-jalan menikmati segarnya udara pagi. Berbagai jajanan dan aneka makanan tradisional tersedia, seperti bubur ayam, bubur kacang ijo, empek-empek Palembang, es pallubutung, es pisang ijo, soto ayam, gado-gado atau lontong sayur. Bagi Anda yang akan mencicipi tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam, cukup dengan Rp 4000 sampai Rp 6000 per porsi untuk setiap hidangan sarapan pagi ini.

Tidak terlalu sulit untuk mencapai Pantai Losari karena tempat ini termasuk berada di pusat Kota Makassar. Sejumlah angkutan umum melintasi jalur Jalan Penghibur yang berada di pinggiran Pantai Losari. Sejak direnovasi pada 2006, Pantai Losari kian bersolek, semakin bersih dan indah, sebagai salah satu ikon andalan pariwisata Kota Makassar.

Jadi tak lengkap rasanya, bila anda ke Makassar tidak mampir ke Pantai Losari dan menikmati segala romansanya…
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management